Pages

Senin, 19 April 2010

Flower Power at The Keukenhof Gardens




src="http://kompetiblog2010.studidibelanda.com/banner/kompetiblog2010.png"
width="150" height="150" />

Bunga adalah ornamen kehidupan sehari-hari manusia. Ia menjadi peneduh temperatur alam maupun jiwa. Menjadi peredam kebisingan, penghalang angin, pelengkap arsitektur, kreasi seni, dan menjadi hantaran. Jika Anda pernah bermimpi berlari-lari di padang bunga dan menghabiskan hari dikelilingi oleh bunga-bunga indah, maka Taman Keukenhof di Belanda adalah tempatnya. Beragam aromatik membelai hidung dan warna bunga memanjakan mata Anda. Belanda yang terkenal karena memiliki Perpustakaan publik Den Haag yang koleksi Jumlah bukunya berkisar di angka 2,5 juta kopi, yang apabila dijejerkan mampu menghubungkan kota Solo dan Yogyakarta, ternyata memiliki juga “The Largest Flower Garden di Dunia”, yang ditetapkan di Keukenhof Gardens.
Pemandangan fantastis kebun bunga tulip para petani Desa Lisse yang beraneka warna. Dari atas, hamparan tulip ini tak ubahnya permadani raksasa dengan corak berwarna. Pameran bunga tahunan Keukenhof tak bisa disangkal adalah salah satu Floral Event terbesar di Eropa, bahkan dunia. Kegiatan tahunan yang berlangsung setiap penghujung musim semi ini bahkan bermetamorfosis menjadi simbol kebanggan Belanda. Kecintaan bangsa Belanda pada bloemen (bunga) tersirat dari keseharian mereka hingga pameran skala internasional seperti Keukenhoff. Di pameran ini, Belanda juga memamerkan kemajuan teknologi budi daya tanaman yang mereka miliki dengan kehadiran berbagai spesies bunga baru yang memiliki corak dan warna yang luar biasa unik. Spesies dan peranakan tanaman terbaik diadu dalam kontes nasional. Lomba yang cukup bergengsi, karena jenis kembang sang pemenang bisa dipastikan akan laris manis dicari konsumen.
Menariknya, Taman Keukenhof hanya buka selama dua bulan satu tahun, dari pertengahan Maret sampai pertengahan Mei. Tujuh juta bunga yang ditanam oleh tangan di musim gugur, dan ladang bunga di luar kebun dapat dilihat. Dari tujuh juta bunga, sekitar 4,5 juta diantaranya adalah Tulip yang terdiri dari lebih 12.000 varietas. Jika Anda belum berkesempatan memilikinya, cobalah untuk melakukan ‘studi banding’ dalam rangka mewujudkan impian Anda tersebut dengan mengunjungi salah satu taman bunga (tulip) terbesar dan terindah di dunia di Keukenhof – Lisse, Belanda.
Di taman seluas 32 hektar yang terletak tak jauh dari kota Den Haag ini, Anda berkesempatan untuk menyaksikan keindahan yang sangat luar biasa dari berbagai varietas bebungaan. Namun dari sekian banyak jenis bunga yang dipamerkan di tempat ini, yang tampak paling menonjol adalah bunga tulip yang ditampilkan dalam aneka warna dan mendominasi hampir 80% area taman tersebut. Konon, warna-warni bunga tulip yang ada di Keukenhof mencapai hampir 100 jenis yang dihasilkan dari persilangan warna antara bunga-bunga tulip yang ada. Bunga tulip mencapai popularitasnya saat ini dan dinobatkan sebagai bunga nasional Belanda berkat keberadaannya di taman Keukenhof.

Bisa diibaratkan bahwa mengunjungi Keukenhof adalah laksana berada di surga. Suasana yang tenang damai dengan udara yang sejuk (di Belanda, suhu udara saat musim semi berkisar antara 15-20˚C) serta indahnya pemandangan alam sekitar yang berbukit-bukit dan dipenuhi bunga aneka warna, bakal membuat kerasan setiap orang yang berkunjung ke sana, bahkan bagi mereka yang tidak begitu suka akan bunga dan tanaman sekalipun. Tempat ini adalah salah satu tujuan wisata paling populer di Belanda yang bahkan mampu menyedot lebih dari satu juta pengunjung setiap tahunnya.
Awalnya, tempat ini merupakan sebuah areal perkebunan pribadi yang dimiliki oleh Countess of Holland – Jacoeba van Beieren yang memerintah kerajaan tersebut pada 1401 – 1436. Tempat yang luas ini dipergunakan untuk menanam berbagai jenis sayuran, tanaman obat-obatan dan juga rempah-rempah yang dipergunakan untuk bahan memasak makanan keluarga kerajaan. Karena itulah, tempat ini dinamakan ‘Kebun Dapur’ yang dalam bahasa setempat disebut ‘Keukenhof’.
Nama Keukenhof tetap dipertahankan hingga saat ini sejak tempat ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1949 sebagai obyek wisata oleh walikota Lisse, W.J.H. Lambooy yang pada saat itu bekerjasama dengan 10 perusahaan pengembang tanaman bunga terkemuka di daerah tersebut. Pada tahun yang sama, di tempat ini diadakan pameran bunga yang menjadi peristiwa berulang setiap tahun, sehingga popularitas Keukenhof tumbuh sebagai kebun bunga terbesar di dunia selama lima puluh tahun berikutnya. Ide awalnya adalah bahwa walikota ingin mempromosikan keberadaan Lisse sebagai pusat industri bunga segar di Belanda dan berniat untuk mengadakan pameran bunga tahunan di Keukenhof.

Keukenhof yang merupakan tempat cukup ‘terpencil’ dari keramaian ini mampu menyedot perhatian masyarakat, tidak hanya yang berasal dari seluruh penjuru Belanda saja, tetapi juga menarik perhatian masyarakat dunia. Banyak negara bahkan telah mengirimkan delegasinya melakukan studi banding ke tempat ini untuk mempelajari bagaimana membuat taman yang indah berikut seluk-beluk perawatannya. Beberapa negara seperti China, India, Jepang, Korea dan Amerika bahkan telah melakukan impor biji bunga tulip secara besar-besaran untuk membangun taman bunga yang serupa Keukenhof di negara masing-masing. Ini membuktikan Belanda punya Keukenhof yang dicintai dunia.
Pihak pengelola taman itu pun saat ini memperoleh dukungan dari 90-an perusahaan industri bunga segar yang ada di Lisse yang senantiasa aktif berpartisipasi memamerkan koleksi bunga-bunga terbaik masing-masing setiap tahunnya. Dari kegiatan ini, menjadikan negeri Belanda sebagai tempat diselenggarakannya transaksi jual-beli bunga terbesar di dunia. Setiap tahunnya, sejumlah uang bernilai lebih dari 4 miliar euro atau lebih dari 54,3 triliun rupiah berputar di Belanda hanya dari bisnis bunga ini.
Suatu hal yang menarik untuk dipelajari dari bisnis bunga ini adalah investasi yang dikeluarkan untuk aplikasi teknologi pembelian jarak jauh (remote buying). Dengan fasilitas ini, mereka dapat mengundang seluruh calon pembeli dari seluruh dunia yang terkoneksi dengan internet untuk turut meramaikan pasar. ketakjuban terhadap teknologi internet akan berlipat ganda, karena Belanda adalah salah satu dari delapan negara dengan akses internet paling cepat di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kepekaan terhadap teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan performa pasar adalah hal yang menentukan perkembangan bisnis.

Bunga tulip yang menjadi primadona dari Keukenhof Gardens, sejarahnya merupakan bunga yang berasal dari Turki, Iran, Pakistan, Afganistan, dan beberapa daerah di kawasan Asia Tengah. Tulip berkembang pesat di Turki pada masa kerjanaan Ottoman di bawah pemerintahan Sultan Ahmed III (1703-1730). Nama tulip itu sendiri diambil dari bahasa Persia, “toliban”. Tidak begitu jelas alasan pemilihan nama tersebut. Mungkin bentuknya menyerupai “turban”, tutup kepala yang banyak dipakai oleh kaum Persian. Toliban kemudian ditranslasi kedalam bahasa Latin sebagai “tulipa”.

Carolus Clusius, peneliti bidang botani pada Universitas Leiden, Belanda, adalah tokoh dibalik kesuksesan pengembangan tulip untuk mencirikan Belanda. Dialah yang pertama kali membiakkan tulip pada abad ke-16. Hasil karya ilmiah Clausius patut diacungi jempol. Dia berhasil membiakkan tulip di Belanda, daerah yang berada di bawah permukaan laut. Sedangkan didaerah asalnya, tulip hanya bisa hidup di daerah pegunungan. Tidak hanya itu, dia pun berhasil untuk pertama kalinya melakukan rekayasa yang menghasilkan tulip dalam beberapa variasi warna. Tulip, yang awalnya ditujukan untuk tanaman obat, kemudian lebih dikenal sebagai tanaman dekorasi. Akan tetapi, berbagai macam warna dan variasi yang ada hanya tersedia dalam jumlah terbatas. Wajar jika kemudian diawal kemunculannya, tulip hanya mampu dinikmati oleh kaum kelas atas dan aristrokrat Eropa.

Tidak demikian halnya dengan keberadaan tulip saat ini. Riset yang dikembangkan oleh kerjasama berbagai lembaga di Belanda mampu mereproduksi berbagai variasi tulip dalam jumlah yang tak terbatas sehingga tulip saat ini mampu dijangkau oleh berbagai kelas masyarakat. Proeftuin Zwaagdijk (Agricultural research center), International Flower Bulb Centre, Koninklijke Algemeene Vereeniging voor Bloembollencultuur (KAVB- the Royal General Bulb Growers’ Association), Bloembollenkeuringsdienst (Flowerbulb Inspection Service), Hortus Bulborum Foundation, Wageningen University and Research Center, dan Leiden University adalah contoh beberapa lembaga yang melakukan riset pengembangan tulip. Hingga saat ini setidaknya tercatat lebih dari 10000 kultivar dan lebih dari 80% tulip di dunia di produksi di Belanda. Selain itu, teknologi penyilangan yang semakin canggih telah memungkinkan munculnya beragam warna dan bentuk tulip, seperti warna merah, orange, ungu, biru, bahkan bergaris-garis merah-kuning atau kombinasi warna lain.

0 komentar:

Posting Komentar